Pages

Subscribe:

Minggu, 02 Oktober 2011

CERPEN : IKAN HIAS APRIL


April tidak ikut ke kantin bersama teman-temannya. Ia lebih senang membaca buku di perpustakaan. Sebenarnya, April sedang gelisah. Ia ingin sekali ikut perpisahan kelas di Gunung Mas. Tapi, Ibu April baru saja keluar dari rumah sakit, biaya rumah sakit cukup besar sehingga April tidak tega meminta uang pada ayahnya.
Saking larut melamun, April baru sadar kalau Januar ternyata berada di perpustakaan. Januar teman sebangku April. Anak itu tampak asyik membaca buku. Tapi, setelah diperhatikan, April melihat ada yang aneh. Bola mata Januar tidak bergerak-gerak seperti orang yang sedang membaca. Sepertinya Januar juga sedang melamun.

“Jan, kamu disini rupanya,” sapa April
“Eh, kamu Pril !” Januar terlihat kaget
“Kamu membaca atau melamun Jan?”
“Ah..ngga..kamu cari buku apa Pril?” sahut Januar mengalihkan pembicaraan
“Buku apa aja, abisnya mau kekantin gak punya uang,” jawab April
“sama” Januar pun menjawab
“kamu ikut ke Gunung Mas?” Tanya April
Januar menggelengkan kepala
“Sayang sekali aku tidak bisa ikut. Padahal, itu acara perpisahan kelas kita” April menghela nafas.
“Nasib kita sama Jan. Aku juga engga bisa ikut. Ibuku baru di operasi dirumah sakit. Biayanya besar bangett.”
Keduanya terdiam. Tak lama kemudian, bel tanda istirahat usai berbunyi. Mereka bergegas masuk kelas.

Pak Yusra, guru biologi , menerangkan tentang ikan, lalu menggambarnya di papan tulis. Bagian-bagian tubuh ikan ditandai dan diberi keterangan. Kemudian, anak-anak mendapat tugas menggambar ikan apa saja. Mereka juga harus mewarnai bagian-bagian ikan dan menulis keterangannya. April membayangkan ikan-ikan mas koki yang lucu-lucu milik mas Okta.  April jadi ingin bertemu mas Okta, penjual ikan dekat pasar. Sudah lebih dari 3 bulan April tidak pernah menengok ikan-ikannya yang dititipkan pada mas Okta.

Pulang sekolah, April langsung menemui mas Okta. “Waaaah…., Pril ! Ikan-ikanmu sudah laku semua. Untungnya delapan ribu, lalu mas berikan ikan-ikan baru. Ikan-ikan itu selalu laku, untungnya udah banyak Pril” jelas mas Okta panjang lebar. 
“lama tidak bertemu ya?” canda mas Okta kemudian. April tertawa gembira. Uang pemberian pamannya, selalu dikumpulkan. Uang itu ia belikan ikan hias, lalu dititipkan kepada Mas Okta untuk dijual. Tidak disangka, ikan-ikan itu  sudah menghasilkan keuntungan berlipat.
“Keuntunganmu sudah delapan puluh ribu loh.." sahut mas Okta
“haaa?” April melongo. “sebanyak itu?”
“keuntungan penjualan ikan hias kan dibagi dua. Setengah untuk Mas, setengah untuk kamu, gitu. Kan perjanjian kita dulu?” jawab mas Okta.
April terdiam, ia bersyukur pada Tuhan karena bisa mempercayai mas Okta yang baik dan jujur dalam berdagang. April lalu bercerita bahwa dirinya ingin ikut ke Gunung Mas, tetapi tidak mempunyai uang. 
“wah, kalau begitu ambil aja dari keuntungan kamu Pril. Mau ambil berapa? Tujuh puluh ribu?” mas Okta menawari. 
April masih terdiam. 
“jangan khawatir Pril. Modalmu masih ada empat toples ikan ini, kan punyamu juga” sahut mas Okta.
“terimakasih banyak mas !” saking gembiranya, April mencium tangan mas Okta yang bau amis. Rasanya ingin menangis karena terharu. April pun akhirnya bisa ikut pergi ke Gunung Mas. Dan Januar, si bintang kelas sahabatnya, juga bisa ikut. April masih bisa mengantungi sepuluh ribu untuk jajan.

Langit semakin putih , udara terik membuat April ingin segera tiba dirumah. Besok, Januar harus segera diberitahukan kabar gembira ini.

0 komentar:

Posting Komentar